PERILAKU INVESTOR
Perilaku Investor
Perilaku dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam semua aktivitas manusia. Kaitannya dalam
perilaku investor dapat dijelaskan bahwa perilaku investor merupakan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh investor yang secara langsung
terlibat dalam proses berinvestasinya.
Gambaran macam-macam perilaku
investor
di pasar modal yang telah dirumuskan Bailard, Biehl & Kaiser
sebagaimana dikutip Hartono, klasifikasi investor yang telah dilakukan
lembaga investasi di California mengategorikan 5 macam perilaku investor
di pasar modal, kemudian orang mengenal dengan sebutan the Five-Way
Model yaitu:
1) Petualang (Adventurers). Investor yang tergolong pada poin ini umumnya tidak memperdulikan risiko, bahkan cenderung untuk menyukai risiko (Risk Takers). Mereka cenderung untuk tidak memperdulikan nasihat para financial advisors karena berbeda pandangan tentang risiko.
2) Celebrities, perilaku Kelompok ini selalu ingin tampil, menonjol, dan
menjadi pusat perhatian. Mereka seringkali tidak terlalu peduli pada
perhitungan untung-rugi investasi, asalkan keputusan mereka untuk
membeli atau menjual surat berharga dilihat dan didengar oleh orang
banyak. Dan mereka tergolong dalam kecenderungan Risk Takers.
3) Perilaku individualists. Perilaku ini terdiri dari orang-orang yang
cenderung untuk bekerja sendiri dan tidak peduli pada keputusan
investasi orang lain (jadi merupakan kebalikan dari perilaku yang
cenderung untuk mengikuti arus). Mereka cenderung menghindari risiko
yang tinggi dan tidak keberatan untuk menghadapi risiko yang moderat.
4) Guardians. Pola perilaku investor yang beranggotakan investor
“matang”, mereka lebih berpengalaman serta berpengetahuan relatif luas.
Cenderung mereka sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan
investasi. Ketika mereka didampingi oleh financial advisor, maka
pendampingnya itu akan dijadikan teman berdiskusi. Jika ternyata terjadi
”kesalahan” keputusan investasi, kelompok ini cenderung tidak
mengkambinghitamkan orang lain, karena merasa telah terlibat langsung
dalam proses pemilihan investasi. Mereka yang ada di dalam perilaku
kelompok ini pada umumnya lebih bersifat Risk Averse.
5) Terakhir adalah perilaku kelompok yang tidak dapat secara tegas
dimasukkan ke salah satu dari empat kelompok di muka. The Five- Way
Model menyebut mereka sebagai kelompok Straight Arrows, yaitu mereka
yang tergabung dalam kelompok ini kadang-kadang bersifat sangat Risk
Averse, dan terkadang sebaliknya. Suatu ketika mereka mengambil
keputusan atas dasar kepercayaan pada kemampuan diri sendiri seperti
halnya kelompok individualists, tetapi pada waktu lain lebih menampakkan
Sifat Follow The Crowd.
Model Perilaku Investor
Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal (investor) seharusnya
melakukan investasi sekuritas, yaitu sekuritas apa yang akan dipilih,
seberapa besar dana yang ditanamkan untuk investasi, dan kapan investasi
di lakukan. Maka untuk menganalisis kejelasan investasi maka diperlukan
pemodelan terhadap perilaku investor dalam berinvestasi.
Beberapa komponen yang mempengaruhi keuntungan yang diharapkan dari
investasi dapat digolongkan menjadi dua faktor, pertama faktor obyektif
dan kedua faktor subyektif. Faktor obyektif meliputi teknologi, harga
relatif faktor produksi, dan permintaan akan barang-barang pada masa
akan datang, sedangkan faktor subyektif adalah pengalaman yang dialami
investor baik positif maupun negatif karena bersikap paradoksial.
Ketidakpastian dunia telah menciptakan rel tentang aturan yang disebut
Rule Of Thumb (aturan main yang berdasarkan pengalaman dan intuisi)26
sering kali berguna sebagai pedoman, karena masa depan dapat diperoyeksi
sama dengan hari kemarin. Maka dari itu, investor tidak bisa selamanya
menggunakan aturan ini untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan
datang, sehingga penentuan objektifitas dan subjektifitas tidak dapat
dinafikan.
Faktor penting dalam menentukan pilihan investasi pada instrumen obligasi dilihat dari sisi risiko menurut Rahman adalah:
1) Default Risk (Risiko gagal bayar). Kesulitan penerbit untuk membayar
kupon obligasi, sederhanyanya, penerbitan obligasi digunakan untuk
menghasilkan arus kas yang lebih baik bagi penerbit. Namun, jika terjadi
situasi yang berlawanan, pembayaran kupon pemodal akhirnya terkena
dampaknya. Selain tidak mendapatkan kupon, nilai obligasi dimana
penerbitnya gagal memenuhi kewajibannya akan berdampak langsung pada
harga obligasi yang menurun tajam di pasar sekunder.
2) Tingkat Suku Bunga. Adanya sifat korelasi antara obligasi dengan
tingkat suku bunga. Ketika suku bunga naik, harga obligasi akan turun,
demikian sebaliknya. Oleh karena itu, tingkat suku bunga selalu
berlawanan dengan harga obligasi.
3) Risiko Pembelian Kembali (Call Risk). Risiko obligasi ini ditimbulkan
karena fitur obligasi yang berjenis feature call, kebiasaan penerbit
melakukannya ketika suku bunga turun sehingga lebih rendah dari tingkat
pembayaran kupon. Kemudian penerbit akan menggantikan obligasi tersebut
dengan kupon yang lebih rendah dari obligasi sebelumnya.
4) Biaya Investasi. Inilah sebagian alasan investasi obligasi tidak
menjadi pilihan utama. Hal ini didasarkan harga investasi obligasi
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan investasi sekuritas yang lain.
Disatu sisi satuan jual beli instrumen ini cukup besar.
5) Pengaruh Deposito. Deposito dan obligasi memiliki banyak kemiripan.
Itulah sebabnya instrumen ini memiliki sifat kompetitif. Dimana bisa
dilihat ketika bunga obligasi lebih tinggi dari bunga deposito, maka
pemodal melepas deposito dan memindahnya ke obligasi. Begitu juga
sebaliknya.
6) Risiko Likuiditas. Obligasi tidak semuanya menarik investor untuk
membelinya, karena ketika obligasi itu ada masalah atau pasar masih
belum paham dengan keberadaan obligasi, maka pemodal mengalami kesulitan
untuk melikuidnya menjadi dana. Sehingga bisa timbul aksi jual yang
sengaja menekan harga di bawah par.
7) Inflasi. Bunga dan nilai par obligasi yang sifatnya tetap dalam
jangka waktu lama, bagi investor obligasi keadaan ini harus disikapi
dengan pandai untuk mengonversinya dengan tingkat inflasi. Karena
perubahan inflasi yang cenderung naik, mengakibatkan kupon yang diterima
investor tidak memberikan hasil di masa yang akan datang.
KESIMPULAN
Pada
prinsipnya, dalam setiap kegiatan usaha akan melibatkan dua instrumen yang
saling mendukung, mereka adalah pengelola usaha atau perusahaan dan penyedia
dana untuk kebutuhan perusahaan. Penyedia dana sering disebut sebagai investor,
mereka merupakan pihak yang menempatkan kelebihan dananya (surplus of fund)
untuk kegiatan investasi di sektor usaha yang halal dan produktif. Lebih
spesifik lagi bahwa investor merupakan perorangan atau lembaga yang menanamkan
dananya pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, dan lain sebagainya.
Perilaku dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam semua aktivitas manusia. Kaitannya
dalam perilaku investor dapat dijelaskan bahwa perilaku investor merupakan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh investor yang secara langsung terlibat
dalam proses berinvestasinya. lembaga investasi di
California mengategorikan 5 macam perilaku investor di pasar modal, kemudian
orang mengenal dengan sebutan the Five-Way Model yaitu:
1) Petualang
(Adventurers).
2)
Celebrities,
3) Perilaku
individualists.
4) Guardians.
5)
Straight Arrows,
REFERENSI
https://www.referensimakalah.com/2014/01/Investor-Pengertian-Perilaku-dan-Model-Perilaku-Investor.html
Komentar
Posting Komentar