PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA DAN DUNIA YANG DI KAITKAN DENGAN ADANYA COVID-19 SERTA PERBANDINGN KEADAAN PASAR MODAL SEBELUM MASA NEW NORMAL DAN SESUDAH NEW NORMAL
PERKEMBANGAN PASAR MODAL
A. PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI DUNIA
Pada hakikatnya, sebuah pasar muncul karena adanya pertemuan para pedagang dengan pembeli yang saling melakukan transaksi jual-beli. Begitu pula dengan sejarah pasar modal.
Sejarah pasar modal di dunia masa kini diawali pada abad ke-12 di Perancis, saat para courretiers de change (perancang perubahan) yang memiliki kepentingan sebagai pengelola dan pengatur utang komunitas pertanian terhadap perbankan. Karena mereka memperjual-belikan hutang, maka dapat dikatakan bahwa mereka merupakan broker pertama di dunia.
Namun ada pendapat berbeda yang mengatakan sejarah pasar modal dimulai pada abad ke-13 di daerah Bruges, ibu kota dan kota terbesar di provinsi Flanders Barat di Wilayah Flemish di Belgia. Para pedagang komoditas berkumpul di rumah Van der Beurze (Seorang pemilik penginapan besar) yang kemudian perkumpulan tersebut disebut sebagai “Brugse Beurse”, sebuah perkumpulan yang masih informal.
Meskipun sebenarnya Van der Beurze memiliki sebuah gedung di Antwerp (sebuah kota di Belgia) dimana pertemuan-pertemuan itu diadakan. Van der Beurze memiliki Antwerpen yang merupakan tempat perdagangan utama pada era tersebut. Ide pertemuan ini kemudian semakin menyebar di sekitar Flanders dan negara-negara tetangga, lalu “Beurzen” segera dibuka di daerah Ghent dan Rotterdam.
‘Beurzen merupakan bahasa Belanda yang dipakai penduduk dari negara-negara di pesisir barat laut Eropa yang kemudian penyebutannya banyak diplesetkan menjadi Borsa, Bolsa, Borse dan Bursa, istilah yang dipakai dalam perdagangan di pasar modal hingga saat ini.’
Pada pertengahan abad ke-13, bankir dari Venesia mulai memperdagangkan sekuritas milik pemerintah. Pada tahun 1351, pemerintah Venesia dilarang menyebarkan desas-desus yang dilakukan untuk menurunkan harga dana pemerintah. Kegiatan ini juga mulai diikuti oleh bankir di Pisa, Verona, Genoa, dan Florence selama abad ke-14. Hal ini memungkinkan karena kota (saat itu masih disebut sebagai negara) tersebut karena sudah cukup mandiri tanpa dipengaruhi campur tangan pemerintah daerah setempat. Perusahaan-perusahaan dari Italia menjadi perusahaan yang pertama kali menerbitkan saham di bursa yang kemudian diikuti oleh perusahaan di Inggris dan negara-negara pesisir barat laut Eropa.
Sedangkan sejarah pasar modal modern diawali antara abad ke-17 dan ke-18. Saat itu Belanda menjadi pelopor inovasi dasar-dasar sistem keuangan modern. Sementara kota-kota di Italia masih memproduksi obligasi pemerintah pertama yang dapat dipindah-alihkan, mereka tidak mengembangkan keperluan lain untuk diproduksi pasar modal yang telah matang, yaitu bursa saham.
Di awal tahun 1600an, VOC yang merupakan persekutuan dagang asal Belanda yang menguasai aktivitas perdagangan di Asia menjadi yang pertama memperdagangkan obligasi dan lembar saham pada masyarakat umum. Perdagangan saham perusahaan selanjutnya secara berkesinambungan dilakukan di Amsterdam Exchange. Kemudian dilanjutkan dengan munculnya turunan perdagangan berupa Opsi dan Repo.Saat itu bentuk perdagangan saham masih berupa lembaran sertifikat kepemilikan saham. Namun saat ini bentuk perdagangan di pasar modal sudah beralih dalam bentuk digital yang disimpan di Rekening Dana Investor.
PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI DUNIA TERKAIT DENGAN COVID-19
Bursa saham dunia masih dilanda pandemi Covid-19, walaupun sebagian negara yang lebih awal terkena serangan virus covid-19 sudah mulai membaik, sebagian negara lainnya masih dalam puncak pandemi, termasuk Indonesia. Berbagai sektor public dan dunia usaha pun menerima dampak signifikan dari peristiwa global ini, tidak terkecuali pasar saham dunia.
Pada 2020 hampir semua indeks bursa global mengalami penurunan, dengan penurunan nilai kapitalisasi pasar. Yang tertinggi dialami Austria, sedangkan penurunan market cap tertinggi dialami di Amerika Serikat sebesar US$ 3 triliun,” papar Inarno melalui video conference yang dilaksanakan akhir pekan.
Inarno menjelaskan pergerakan IHSG dan nilai transaksi turun signifikan pada Maret 2020. Saat itu, setelah Presiden Joko Widodo menyampaikan di sudah ada satu orang yang positif terinfeksi virus Covid-19.
Sementara dari eksternal, pada saat yang sama wabah corona meluas ke berbagai negara. Ini membuat investor global dan domestik merespons negatif pasar keuangan baik di dalam negeri maupun luar negeri.
“Situasi ketidakpastian terus berjalan sampai saat IHSG sentuh level terendah pada hari Selasa, 24 Maret 2020, indeks turun 37.49 persen dibanding posisi akhir tahun lalu, dan semoga ini menjadi puncak penurunan terdalam di tahun ini,” kata Inarno.
Inarno menyampaikan, koreksi IHSG terdalam sepanjang sejarah sebesar minus 50,6 persen. Itu terjadi saat krisis keuangan global 2008 yang disebabkan kasus Subprime Mortgage di AS.
“Meskipun kita lihat indeks mengalami penurunan, aktivitas perdagangan cukup baik. Rata rata perdagangan Maret Rp 7,9 triliun per hari, meningkat dari Januari dan Februari,” ujar Inarno.
Secara sektoral, Inarno memaparkan, terjadi penurunan di seluruh indeks sektoral, tertinggi pada harga saham di sektor aneka industri, sebesar -40,60 persen. Ini terjadi dengan penurunan harga saham perusahaan besar di aneka industri, salah satunya saham PT Astra Internasional Tbk (ASII).
Harga saham ASII tercatat turun 40 persen dari sebelumnya. Selain itu, dari penurunan nilai kapitalisasi pasar tertinggi terjadi pada sektor keuangan. Nilai kapitalisasi pasar sektor ini turun sebesar Rp 708 triliun.
Jika dilihat dari grafik perdagangan secara global, Inarno menyebut, hampir seluruh indeks global mengalami penurunan. Penurunan tertinggi terjadi di Austria sebanyak 35,05 persen.
"Sementara penurunan kapitalisasi tertinggi sebesar 3 triliun dolar AS. Indeks turun 26,43 persen ini per 17 april 2020, dan diikuti penurunan kapitalisasi pasar saham 180 miliar dolar AS,"
B. PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA
Kegiatan jual beli saham dan obligasi di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1880, di mana perdagangan saham dan obligasi dilakukan tanpa obligasi resmi. Secara keseluruhan, terdapat beberapa metamorfosis perkembangan pasar modal saat zaman pra kemerdekaan, antara lain dengan pendirian Amsterdam Effectenbeurs, Nederlandsche Handel Maatschappij, Nederland Indische Escompto Bank (yang dinasionalisasi pada tahun 1957 menjadi Bank Dagang Negara) serta Nederland Indische Handels Bank (yang dinasionalisasi menjadi Bank Bumi Daya).
Pada awal kemerdekaan, pasca Perang Dunia II, kegiatan pasar modal tidak banyak dilakukan, hal ini terjadi karena peraturan yang berlaku saat itu menjadikan para pemilik modal asing tidak berani menanamkan modalnya ke Indonesia. Di samping itu, patut diakui bahwa saat masa awal-awal kemerdekaan Indonesia tersebut, keadaan perekonomian nasional dinilai tidak stabil. Hal ini menyebabkan pajak dan bea masuk belum dapat dipungut padahal jumlah pengeluaran negara meningkat.
Agar dapat membiayai perekonomian negara, pemerintah melakukan sejumlah upaya untuk menambah pemasukkan negara. Seperti dengan penghimpunan dana pinjaman nasional, melalui UU No. 4 / 1946. Program ini didukung oleh masyarakat, sehingga akhirnya Indonesia bangkit dari keterpurukan ekonomi pasca kemerdekaan Walaupun pada prinsipnya surat utang pemerintah diperjualbelikan, namun sampai sekarang belum ditemukan catatan tentang nilai tukarnya. Hal ini terjadi karena bursa belum didirikan.
Walaupun aktivitas pasar modal Indonesia sempat melumpuh, namun patut diakui bahwa fungsi pasar modal sangat esensial dalam perkembangan ekonomi nasional. Hal inilah yang mendorong Menteri Keuangan Sumitro Djojohadikusumo membuka Bursa Efek di Jakarta, pada tanggal 13 Juni 1952, yang mana transaksi benar-benar baru dimulai pada tanggal 14 Juni 1952 dengan adanya transaksi 3 % Obligasi Republik Indonesia dan 4% Obligasi Lening Gemeente Buitsenzorg 1937.
Pasar modal merupakan salah satu roda perekonomian suatu negara, yang mana direpresentasikan dalam dua fungsi, yakni sebagai sarana pendanaan usaha dan sebagai sarana bagi perusahaan mendapatkan dana dari masyarakat pemodal. Dalam hal pendanaan usaha, masyarakat dapat memanfaat dana dari pasar modal untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan hal-hal lain. Kedua, pasar modal dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan. Seperti pada saham, obligasi, reksa dana dan lain-dana. Dengan demikian masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya, sesuai dengan karakteristik keuntungan resiko masing-masing instrument.
Di samping itu, pasar modal juga menyediakan leading indicator dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Sebab, pasar modal merupakan tempat pemerataan pendapatan bagi masyarakat, di mana masyarakat dapat menikmati investasi pada perusahaan terbaik dan mendapatkan bagian pada pendapatan perusahaan. Pula, pasar modal dapat mendorong keterbukaan dan profesionalisme, sehingga menciptakan iklim berusaha dan investasi yang sehat. Beroperasinya pasar modal juga dapat menampung tenaga kerja, sehingga mengurangi pengangguran dan sebagai sumber pendapatan dalam masyarakat.
Oleh karena banyaknya manfaat dari pasar modal bagi masyarakat pada khususnya, maka wajar bahwa masyarakat Indonesia setiap harinya disuguhkan informasi mengenai naik turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), melalui sejumlah situs di internet dan tayangan di televisi.
Setelah mengalami sejumlah perkembangan dari awal berdirinya, hingga akhirnya tahun 2007 bursa efek di Indonesia yang awalnya terdiri atas Bursa Efek Surabaya (mulai beroperasi tanggal 16 Juni 1989) dan Bursa Efek Jakarta (mulai beroperasi kembali setelah vakum pada tanggal 10 Agustus 1977), digabungkan dan diubah namanya menjadi Bursa Efek Indonesia.
PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA TERKAIT DENGAN COVID-19
Sejak pertama kali kasus penderita COVID-19 ditemukan di Indonesia, pasar modal Indonesia porak-poranda. Para regulator sudah berupaya keras dengan mengeluarkan berbagai kebijakan, tapi tetap saja tak mampu menahan keruntuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kasus positif pertama COVID-19 pada 2 Maret 2020 yang terdiri dari 2 orang. Mereka adalah ibu dan anak yang terpapar dari turis Jepang asal Malaysia yang hadir ke pesta dansa. Pada hari itu IHSG ditutup 91 poin (1,67%) ke level 5.361. Saat itu tren IHSG memang sedang bearish. Namun memang berita masuknya virus Corona ke Indonesia langsung menjangkiti pasar modal.
IHSG sebelumnya dalam tren penurunan yang juga dipengaruhi sentimen negatif dari virus Corona yang menyebar begitu cepat di China. Sebagai negara dengan ekonomi yang cukup besar, China tentunya memberikan pengaruh signifikan atas ekonomi dunia.
Seiring berjalannya waktu, jumlah penderita COVID-19 di Indonesia semakin bertambah. Pengaruhnya terhadap pasar modal semakin besar. IHSG terus merosot dengan penurunan yang cukup parah.
Pada perdagangan 9 Maret 2020 misalnya, IHSG ditutup turun hingga 6,5% ke level 5.136. Kejadian yang sangat langka IHSG bisa turun begitu dalam. Kecuali memang dalam keadaan serius seperti krisis ekonomi.
Keadaan itu membuat regulator dan pengawas pasar modal mengambil tindakan. Pada 10 Maret 2020 Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan diterapkannya kebijakan penghentian perdagangan atau trading halt. Kebijakan itu diambil BEI dengan menindaklanjuti Surat Perintah Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A Otoritas Jasa Keuangan tanggal 10 Maret 2020 perihal Perintah Melakukan Trading Halt Perdagangan di Bursa Efek Indonesia Dalam Kondisi Pasar Modal Mengalami Tekanan.
Atas keputusan itu, jika terjadi penurunan yang sangat tajam atas dalam 1 hari bursa yang sama, maka diterapkan trading halt 30 menit jika mengalami pelemahan 5% dan dilakukan lagi 30 menit jika mengalami penurunan 10%. Selain itu juga diterapkan trading suspend bila IHSG turun hingga 15%.
Benar saja, pada perdagangan 12 Maret 2020, IHSG sempat mengalami penurunan lebih dari 5%, yang artinya dilakukan trading halt selama 30 menit. Saat itu IHSG terkoreksi 258 poin atau 5,01% ke level 4.895 pada pukul 15.33 WI.
Sejak diberlakukan kebijakan itu, setidaknya sudah 6 kali perdagangan saham dikenakan trading halt, lantaran sudah terjun hingga 5% lebih. Kejadiannya pada 12 Maret 2020, 13 Maret 2020, 17 Maret 2020, 19 Maret 2020, 22 Maret 2020 dan 30 Maret 2020.
Selain trading halt, BEI dan OJK juga menerapkan berbagai kebijakan untuk menahan kepanikan pasar. Seperti mengubah aturan batas bawah auto rejection saham dari 10% menjadi 7%.
Itu artinya sebuah saham yang sudah turun 7% dalam sehari tak bisa diperdagangkan lagi. Kebijakan ini untuk menahan gelombang aksi jual saham yang didorong oleh kepanikan pasar.
Selain itu ada juga kebijakan relaksasi buyback atau membeli kembali saham oleh perusahaan atau emitennya sendiri. Mereka boleh melakukan buyback tanpa harus melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terlebih dahulu. Tujuannya agar emiten bisa menyelamatkan sahamnya sendiri di pasar modal.
Tapi itu semua seakan belum ampuh untuk menyembuhkan pasar modal dari pengaruh COVID-19. Pada 24 Maret 2020 IHSG sudah menyentuh level 3.937. Padahal di awal tahun IHSG berada di level 6.300-an. Turun begitu jauh. Bayangkan, berapa banyak saham yang tumbang.
Meski begitu, keesokan harinya, IHSG berbalik arah. Pada 26 Maret 2020, IHSG naik begitu tinggi dengan menguat 10,1% ke level 4.338.
Kondisi pasar modal kini mulai membaik. Meskipun belum sepenuhnya pulih seperti sedia kala. Namun data perdagangan terakhir IHSG sudah berada di level 4.649.
C. PERBANDINGAN KEADAAN PASAR MODAL SEBELUM MASA NEW NORMAL DAN SESUDAH NEW NORMAL
Keadaan pasar modal sebelum new normal sangat menurun karena kegitan prekonomian dunia sangat terpuruk akibat dilakukanya lockdown yang membuat terhentinya rantai kerjama prekonomian dalam pasar modal dunia.
Memasuki era new normal di pertengahan 2020 Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) masih menjadi tema utama perbincangan di berbagai sektor. Di pasar modal Indonesia, peristiwa ini turut direspon para investor dalam menentukan keputusan arah investasi. Adapun perkembangan Pasar Modal Indonesia terkini, saat ini hampir seluruh kinerja indeks Bursa Global mengalami penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sebesar 21,13 persen di level 4.905 pada 30 Juni 2020, dibanding akhir tahun 2019. Pada umumnya, seluruh indeks sektoral mengalami penurunan secara year to date.
Pada masa new normal ini geliat pasar saham diyakini akan menunjukkan tren positif selama masa normal baru (new normal) ini.
Pengamat Bursa dan Direktur CSA Institute Aria Santoso mengatakan memasuki normal baru, penting selalu menyediakan dana untuk membeli saham secara bertahap pada emiten yang punya prospek bagus. Apalagi ketika harga saham emiten itu ditawarkan dengan harga murah.
Dia menjelaskan pandemi merupakan suatu bencana global. Namun panic selling membuat ada tekanan berlebihan di pasar.
"Sehingga banyak harga saham menurun dalam termasuk saham perusahaan yang bagus," ujar Aria kepada Bisnis beberapa waktu yang lalu.
Aria memperkirakan kinerja saham akan membaik sejalan dengan pemulihan bertahap di berbagai sektor bisnis. Kondisi ini akan menjadi peluang bagi para investor untuk membeli pada harga yang murah.
Dia juga mengimbau bagi para investor sebaiknya memilih saham dari emiten berharga murah yang saat ini diperdagangkan.
"Tentunya perlu diwaspadai juga sentimen laporan keuangan di kuartal II/2020 yang kemungkinan mencatatkan pelemahan," pungkasnya.
Normal baru untuk memulihkan pasar secara bertahap pun tetap harus dipantau sesuai perkembangan yang menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Apalagi proses transisi ini diperkirakan bisa berjalan mulus karena persiapan dari berbagai penanganan sudah cukup baik.
"Selama tidak ada new epicentrum ataupun gelombang kedua, maka kondisi bisa diperkirakan cukup terkendali,".
Sangaat bermnafaat, good job👍🏻
BalasHapus